Selasa, 25 Desember 2012

Serial Saik " Jojo Nano "

Kelas 3


Second Story 

“ Gatot! Kenapa bisa kita kemaren berakhir dengan mijetin Dilan ? Gimana Chua mau kagum sama gue ? “

“ Ya lagian suka sama Chua, ketinggian bray. “

Nano nyengir mendengar jawaban Jojo. Wajahnya semakin muram karena teringat betapa malunya dia dihadapan Chua kemarin.

“ Gimana ya caranya biar bisa dapet simpatinya Chua ? “ Nano mengobrak abrik rambutnya. Frustasi berat. 

Disaat seperti ini tiba – tiba ia teringat senyum neneknya yang tanpa letih merawatnya dari kecil dan selalu ada untuk mendengar semua keluh kesahnya.

“ Nak, kamu tidak akan merasakan nikmatnya kesuksesan jika tidak tau pahitnya kegagalan. “ Saat itu neneknya berorasi sembari mengepalkan tangan dan menggunakan ikat kepala. Nano tersenyum kecil mengingat kejadian itu.

“ No, udah jangan galau. Gue punya ide lagi buat nyari perhatian Chua. “

Dengan gesit Jojo menyingsingkan lengan bajunya dan mengambil secarik kertas berikut pulpennya. Dengan penuh ketenangan tinta pulpen tergores perlahan di kertas putih itu. Lalu kertas itu dilipatnya rapi dan diserahkan ke tangan Nano.

“ Saya yakin Nak, itu akan berguna untuk masa depan kalian. “

“ Sok tua. Gaya lu udah kayak bokap pas ngelepas kakak gue nikah. Tapi Jo, gue nggak bisa kalau ngasihnya terang – terangan. “

Jojo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ikut frustasi.

“ Banyak maunya lu. Oke gue ada caranya. “

Mendengar jawaban Jojo, Nano menghela nafas lega, rasanya seperti jutaan coklat cadburry berebut masuk ke dalam tasnya.

Sepulang sekolah Nano melaksanakan misinya. Sejak keluar kelas dia mengikuti jejak langkah Chua, berusaha memasukkan surat ke dalam tas Chua secara sembunyi – sembunyi. Setelah berhasil ia segera menemui Jojo yang sudah menunggu di parkiran. Beberapa menit setelah mereka berdua menunggu, yang dinanti akhirnya datang juga. Terlihat dua gadis yang mirip dari ujung rambut sampai ujung kaki berjalan di dekat parkiran .

“ Nah, itu Chua. Gila, dia mau dateng. Lu nulis apaan ? “

“ Yang mana Chua bray ? Asli, tu anak mirip banget. “

“ Iya, Kok gue nggak ngeh ya pas tadi masukin surat. “

Jojo dan Nano bersamaan mengernyitkan kening, menanti siapa diantara mereka yang berbelok ke arah parkiran. Set! Menolehlah salah satu dari dua perempuan kembar itu, dan dia adalah Chua. Muka Nano memerah seperti terung mateng. Chua pun melambaikan tangan, tanpa sadar Nano membalas lambaian tangannya. Disaat Nano terbuai melayang ke awang – awang, si pujaan hati malah melangkah menjauh menuju gerbang sekolah. Raut wajah Nano langsung berubah seratus delapan puluh derajat.

“ Loh ? Kok ? ”

Ternyata Chua melambaikan tangannya pada perempuan di sebelahnya untuk pamit pulang, kini ia melangkah keluar gerbang, meninggalkan Jojo dan Nano yang terperangah di tempatnya berdiri.
Perempuan kembaran Chua segera mengalihkan pandangannya ke parkiran sembari mengenggam sebuah surat di tangannya. Jojo yang menyadari hal itu segera menyeret Nano bersembunyi di balik mobil pak kepala sekolah.

“ Salah orang Jo. Lu nggak nulis macem – macem kan di surat itu ? “

“ Gue cuma nulis, sumpah i love you, mari berbicara di parkiran. “

“ Katro abis lu, untung bukan Chua yang baca. “

“ Untung sih untung, tapi gimana nasib kita nih, tuh cewek gimana ? “

“ Nggak tau gue, kenapa sih selalu berakhir kayak gini. Nggak pernah berhasil, apa salah gue di kehidupan sebelumnya ? “

“ Berasa drama nih, kasian banget sih lu. “

Jojo merasa iba juga melihat sahabatnya seperti itu. Dielusnya kepala Nano yang bersandar pasrah di bahunya. Dengan lemas Jojo juga menyandarkan kepalanya di mobil pak kepala sekolah. Tapi saat ia menyandarkan kepalanya di mobil, tiba – tiba kepalanya bergetar hebat, kini seluruh tubuhnya juga merasakan getaran itu.

“ Eh Jo, lu ngetawain gue ya ? Nggak usah ditahan kali, sampai gemeteran gini. “

“ Lah nggak No, tapi badan gue emang gemeteran sih. “

Jojo dan Nano saling menatap heran.

Tiba – tiba terdengar suara “Brmmm!!”.

Bersamaan dengan bunyi itu Jojo dan Nano kejengkang ke belakang.

“ Gubrak! “

“ Salah perhitungan kita, ternyata pak kepsek pulang cepet. “

“ Hahahaha..”

Jojo dan Nano tertawa terpingkal – pingkal sampai tidak menyadari bahwa perempuan kembaran Chua telah berdiri di hadapan mereka meminta penjelasan. Spontan Jojo dan Nano berdiri sambil membersihkan baju mereka.

“ Siapa diantara kalian yang nulis dan naruh surat ini di tas gue. “

Tanpa pikir panjang Nano segera melayangkan jari telunjuknya di depan muka Jojo. Tapi ternyata telunjuk Jojo sudah berada persis di depan batang hidungnya. Mereka saling bepandangan. Bingung.

“ Kita berdua, maksud gu..gue, dia yang nulis dan gue yang ..”

“ Dasar gay kurang kerjaan! Plak! Plak! ”

Surat dibuang dan sang perempuan kabur sambil nangis – nangis. Persis adegan film telenovela. Jojo dan Nano tidak bisa berbuat apa – apa selain mengelus pipi masing – masing.

“ Huft! Rasanya kayak ditabok mama pas ngincer nyamuk, tapi mama selalu gagal nangkepnya, kayak cinta gue, gagal lagi! “ 


bersambung ..

Serial Saik " Jojo Nano "

Kelas 3

First Story

“ Kenalin, nama gue Jodi. Orang – orang biasa manggil gue Jojo. Kenapa gue dipanggil Jojo, jadi ceritanya gini..”

“ Cut! Woy Jo, ini film dokumenter buat perpisahan, kenapa orang – orang harus dengerin sejarah nama lu ? Nggak penting badai tau nggak ?! “ Alis mata Nano jungkir balik menahan kesal. Sedangkan pria muda kece di depannya asyik menata rambut sambil cengar – cengir sendiri. Melihat tingkah Jojo yang sok imut, Nano tak tahan juga. Mata Nano memerah, jemari tangannya melebar dan bersiap menjambak rambut sohibnya itu, tapi retina matanya malah menangkap sesosok wajah lain yang mengalihkan dunianya. Berhentilah Nano di tempat, dan tanpa sadar ia menyibak rambut belah tengahnya seperti model sampo di tivi. Ciat ciat!

“ Uhuk! Kok lu malah ngikutin gaya gue?Mending lu jelasin salah gue dimana tadi, perasaan oke – oke aja. “

“ Oke banget, benget Jo. Sekarang kita mulai lagi. Terserah lu mau ngomong apa aja, cepetan! “ (mendorong Jojo tanpa perasaan).

“ Kamera, roll, action! “

“ Hai, guys, gue Jojo. Yang lagi pegang kamera di depan, sahabat gue, namanya Nano. Kita berdua nih, anak paling cupu di sini. Dari senior, temen seangkatan, sampai junior seneng banget ngerjain kita. Gue nggak tau pasti alasannya, mungkin karena muka kita ngegemesin. Tapi gue heran sama Nano, kenapa dia itu tetep sok cool di depan cewek – cewek. Padahal cewek – cewek juga tahu dia itu perlu dibelas kasihanin. Apalagi sama cewek XII IPA 1, namanya Chua, mukanya sebelas dua belas sama Chua kotak, sok coolnya minta ampun. Tapi masalahnya si Chua ini gebetan musuh kita, anak paling famous di sini dan followernya bejibun, badannya atletis, muka eksotis, dandanan metropolis, tapi kelakuannya nol abis. Bayangin, Dilan yang begitu aja ditolak terus sama Chua, gimana Nano ? Dan kalau sampai Dilan tau perasaan Nano itu.., alamak kayaknya gue keceplosan ( meringis melihat sesuatu yang mengerikan ).

Nano merogoh saku bajunya, mencari handuk kecil untuk menyeka keringat di dahinya. Pikirannya benar – benar tidak fokus, sampai – sampai ia tidak mendengar apa yang diucapkan Jojo barusan.

“ Mampus, gue harus seneng apa nggak nih ? Dia kepancing strategi gue. Aduh, kenapa dia jalan ke sini ? Harus gimana gue ? “ ( hidung kembang kempis ).

Keringat Nano semakin deras mengucur, kakinya tak dapat dirasakan seperti orang kesemutan. Mata Nano sama sekali tidak melihat ke arah kamera. Sekuat tenaga dia melirik ke samping, memperhatikan kaki ramping yang semakin lama semakin mendekat. Beberapa detik kemudian kaki itu berhenti melangkah.
Plak! Punggung Nano serasa ditimpa sesuatu yang panas, sontak Nano segera berbalik menatap wajah perempuan yang menepuk punggungnya. Jleb jleb! Seketika itu beberapa anak panah cupid menancap erat di dadanya.

“ Woy No! “

“ Mam..mapus gu..gue gagap. Apaan sih Chu ? “

“ Lu lagi ngapain sih ? “

“ Lu ke sini nanya gitu doang ? Gue sibuk tau, mau bikin film dokumenter buat perpisahan angkatan kita. Itu Jojo jadi obyek gue. “

“ Serius lu ? “

Nano mengangguk pasti.

“ Duh, kenapa gue sok dingin sih ? Udah bagus dia nanya baik – baik. “ Nano menggerutu dalam hati.
Tangan Chua tiba – tiba memegang pipi tembem Nano. Seketika wajah Nano memerah seperti udang rebus, merah tingkat dewa.

“ Dag..dig..dug..duorr. “ Bahkan detak jantungnya terdengar sampai ke ruang kepala sekolah.

“ Sumpah, apaan sih Chua ? Gue belum siap. “ Batin Nano menjerit.

“ Tuh, lihat obyek lu. Dimainin sama Dilan cs. “ Kata Chua sambil memutar kepala Nano ke arah Jojo.

“ What ? Jojo ?? “

“ No.., tolong gue ! “ ( hidung meler – meler )

bersambung.. :)