Kelas 3
Second Story
“ Gatot! Kenapa bisa kita kemaren berakhir dengan mijetin
Dilan ? Gimana Chua mau kagum sama gue ? “
“ Ya lagian suka sama Chua, ketinggian bray. “
Nano nyengir mendengar jawaban Jojo. Wajahnya semakin muram
karena teringat betapa malunya dia dihadapan Chua kemarin.
“ Gimana ya caranya biar bisa dapet simpatinya Chua ? “ Nano
mengobrak abrik rambutnya. Frustasi berat.
Disaat seperti ini tiba – tiba ia
teringat senyum neneknya yang tanpa letih merawatnya dari kecil dan selalu ada
untuk mendengar semua keluh kesahnya.
“ Nak, kamu tidak akan merasakan nikmatnya kesuksesan jika
tidak tau pahitnya kegagalan. “ Saat itu neneknya berorasi sembari mengepalkan
tangan dan menggunakan ikat kepala. Nano tersenyum kecil mengingat kejadian
itu.
“ No, udah jangan galau. Gue punya ide lagi buat nyari
perhatian Chua. “
Dengan gesit Jojo menyingsingkan lengan bajunya dan mengambil
secarik kertas berikut pulpennya. Dengan penuh ketenangan tinta pulpen tergores
perlahan di kertas putih itu. Lalu kertas itu dilipatnya rapi dan diserahkan ke
tangan Nano.
“ Saya yakin Nak, itu akan berguna untuk masa depan kalian. “
“ Sok tua. Gaya lu udah kayak bokap pas ngelepas kakak gue
nikah. Tapi Jo, gue nggak bisa kalau ngasihnya terang – terangan. “
Jojo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ikut frustasi.
“ Banyak maunya lu. Oke gue ada caranya. “
Mendengar jawaban Jojo, Nano menghela nafas lega, rasanya
seperti jutaan coklat cadburry berebut masuk ke dalam tasnya.
Sepulang sekolah Nano melaksanakan misinya. Sejak keluar
kelas dia mengikuti jejak langkah Chua, berusaha memasukkan surat ke dalam tas
Chua secara sembunyi – sembunyi. Setelah berhasil ia segera menemui Jojo yang
sudah menunggu di parkiran. Beberapa menit setelah mereka berdua menunggu, yang
dinanti akhirnya datang juga. Terlihat dua gadis yang mirip dari ujung rambut
sampai ujung kaki berjalan di dekat parkiran .
“ Nah, itu Chua. Gila, dia mau dateng. Lu nulis apaan ? “
“ Yang mana Chua bray ? Asli, tu anak mirip banget. “
“ Iya, Kok gue nggak ngeh ya pas tadi masukin surat. “
Jojo dan Nano bersamaan mengernyitkan kening, menanti siapa
diantara mereka yang berbelok ke arah parkiran. Set! Menolehlah salah satu dari
dua perempuan kembar itu, dan dia adalah Chua. Muka Nano memerah seperti terung
mateng. Chua pun melambaikan tangan, tanpa sadar Nano membalas lambaian
tangannya. Disaat Nano terbuai melayang ke awang – awang, si pujaan hati malah
melangkah menjauh menuju gerbang sekolah. Raut wajah Nano langsung berubah
seratus delapan puluh derajat.
“ Loh ? Kok ? ”
Ternyata Chua melambaikan tangannya pada perempuan di
sebelahnya untuk pamit pulang, kini ia melangkah keluar gerbang, meninggalkan
Jojo dan Nano yang terperangah di tempatnya berdiri.
Perempuan kembaran Chua segera mengalihkan pandangannya ke
parkiran sembari mengenggam sebuah surat di tangannya. Jojo yang menyadari hal
itu segera menyeret Nano bersembunyi di balik mobil pak kepala sekolah.
“ Salah orang Jo. Lu nggak nulis macem – macem kan di surat
itu ? “
“ Gue cuma nulis, sumpah i love you, mari berbicara di
parkiran. “
“ Katro abis lu, untung bukan Chua yang baca. “
“ Untung sih untung, tapi gimana nasib kita nih, tuh cewek
gimana ? “
“ Nggak tau gue, kenapa sih selalu berakhir kayak gini. Nggak
pernah berhasil, apa salah gue di kehidupan sebelumnya ? “
“ Berasa drama nih, kasian banget sih lu. “
Jojo merasa iba juga melihat sahabatnya seperti itu. Dielusnya
kepala Nano yang bersandar pasrah di bahunya. Dengan lemas Jojo juga menyandarkan
kepalanya di mobil pak kepala sekolah. Tapi saat ia menyandarkan kepalanya di
mobil, tiba – tiba kepalanya bergetar hebat, kini seluruh tubuhnya juga
merasakan getaran itu.
“ Eh Jo, lu ngetawain gue ya ? Nggak usah ditahan kali,
sampai gemeteran gini. “
“ Lah nggak No, tapi badan gue emang gemeteran sih. “
Jojo dan Nano saling menatap heran.
Tiba – tiba terdengar suara “Brmmm!!”.
Bersamaan dengan bunyi itu Jojo dan Nano kejengkang ke
belakang.
“ Gubrak! “
“ Salah perhitungan kita, ternyata pak kepsek pulang cepet. “
“ Hahahaha..”
Jojo dan Nano tertawa terpingkal – pingkal sampai tidak
menyadari bahwa perempuan kembaran Chua telah berdiri di hadapan mereka meminta
penjelasan. Spontan Jojo dan Nano berdiri sambil membersihkan baju mereka.
“ Siapa diantara kalian yang nulis dan naruh surat ini di
tas gue. “
Tanpa pikir panjang Nano segera melayangkan jari telunjuknya
di depan muka Jojo. Tapi ternyata telunjuk Jojo sudah berada persis di depan
batang hidungnya. Mereka saling bepandangan. Bingung.
“ Kita berdua, maksud gu..gue, dia yang nulis dan gue yang
..”
“ Dasar gay kurang kerjaan! Plak! Plak! ”
Surat dibuang dan sang perempuan kabur sambil nangis –
nangis. Persis adegan film telenovela. Jojo dan Nano tidak bisa berbuat apa –
apa selain mengelus pipi masing – masing.
“ Huft! Rasanya kayak ditabok mama pas ngincer nyamuk, tapi
mama selalu gagal nangkepnya, kayak cinta gue, gagal lagi! “
bersambung ..