Would be reached in 2014
SNMPTN : Geofisika - Universitas Brawijaya
or
SBMPTN :
a. Teknik Material dan Metalurgi - ITS
b. Teknik Geomatika - ITS
hesti says
Senin, 13 Januari 2014
Selasa, 07 Januari 2014
Shackled
Entah hidup dalam bayangan siapa
Mereka saja tidak pernah merasa membayangi
Hati ini saja yang tetap tinggal
Andai bisa ku buka hanya seperti membuka pintu
Tentu akan segera ku perbaiki perasaan ini
Tapi semua yang bodoh pun tahu
Itu diluar kuasaku
Bila tak ada obat, bisakah kau temukan racun..
Sekalian mematikan perasaan itu daripada mengobati
Masih dalam ketidakpahaman
Semua khayal dan kenyataan tetap mengarah padanya
Malu tentu saja..
Malu dihadapan Pencipta ku
Malu dihadapan wajahku sendiri
Hanya berharap,
Seperti munculnya perasaan ini yang entah kapan dan bagaimana
Semoga ia hilang dengan entah kapan dan bagaimana..
Hesti Hati Nurani
Mereka saja tidak pernah merasa membayangi
Hati ini saja yang tetap tinggal
Andai bisa ku buka hanya seperti membuka pintu
Tentu akan segera ku perbaiki perasaan ini
Tapi semua yang bodoh pun tahu
Itu diluar kuasaku
Bila tak ada obat, bisakah kau temukan racun..
Sekalian mematikan perasaan itu daripada mengobati
Masih dalam ketidakpahaman
Semua khayal dan kenyataan tetap mengarah padanya
Malu tentu saja..
Malu dihadapan Pencipta ku
Malu dihadapan wajahku sendiri
Hanya berharap,
Seperti munculnya perasaan ini yang entah kapan dan bagaimana
Semoga ia hilang dengan entah kapan dan bagaimana..
Hesti Hati Nurani
Move On, Can't You?
Mengukir kisah.. , akankah itu indah?
Hanya membuat hati dangkalmu terkoyak
Bisa apa ?
Semua sudah tergaris
Melihat mata indahnya menerawang masa depan,
membuat iri aku yang terdiam disini
Tak bisakah semenit saja kau alami ini
Agar mengerti beratnya langkahku untuk membelakangimu
Tak akan tahu kecuali Tuhanku..
Dibalik punggung itu aku selalu melihat
Sendiri menatap hanya karena kisah
Mungkin sudah tak berarti dan akan menghilang
Namun sekali lagi,
kau tak akan pernah kehilanganku saat kau berbalik
suatu saat nanti..
Hesti Hati Nurani
Hanya membuat hati dangkalmu terkoyak
Bisa apa ?
Semua sudah tergaris
Melihat mata indahnya menerawang masa depan,
membuat iri aku yang terdiam disini
Tak bisakah semenit saja kau alami ini
Agar mengerti beratnya langkahku untuk membelakangimu
Tak akan tahu kecuali Tuhanku..
Dibalik punggung itu aku selalu melihat
Sendiri menatap hanya karena kisah
Mungkin sudah tak berarti dan akan menghilang
Namun sekali lagi,
kau tak akan pernah kehilanganku saat kau berbalik
suatu saat nanti..
Hesti Hati Nurani
Selasa, 25 Desember 2012
Serial Saik " Jojo Nano "
Kelas 3
Second Story
“ Gatot! Kenapa bisa kita kemaren berakhir dengan mijetin
Dilan ? Gimana Chua mau kagum sama gue ? “
“ Ya lagian suka sama Chua, ketinggian bray. “
Nano nyengir mendengar jawaban Jojo. Wajahnya semakin muram
karena teringat betapa malunya dia dihadapan Chua kemarin.
“ Gimana ya caranya biar bisa dapet simpatinya Chua ? “ Nano
mengobrak abrik rambutnya. Frustasi berat.
Disaat seperti ini tiba – tiba ia
teringat senyum neneknya yang tanpa letih merawatnya dari kecil dan selalu ada
untuk mendengar semua keluh kesahnya.
“ Nak, kamu tidak akan merasakan nikmatnya kesuksesan jika
tidak tau pahitnya kegagalan. “ Saat itu neneknya berorasi sembari mengepalkan
tangan dan menggunakan ikat kepala. Nano tersenyum kecil mengingat kejadian
itu.
“ No, udah jangan galau. Gue punya ide lagi buat nyari
perhatian Chua. “
Dengan gesit Jojo menyingsingkan lengan bajunya dan mengambil
secarik kertas berikut pulpennya. Dengan penuh ketenangan tinta pulpen tergores
perlahan di kertas putih itu. Lalu kertas itu dilipatnya rapi dan diserahkan ke
tangan Nano.
“ Saya yakin Nak, itu akan berguna untuk masa depan kalian. “
“ Sok tua. Gaya lu udah kayak bokap pas ngelepas kakak gue
nikah. Tapi Jo, gue nggak bisa kalau ngasihnya terang – terangan. “
Jojo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ikut frustasi.
“ Banyak maunya lu. Oke gue ada caranya. “
Mendengar jawaban Jojo, Nano menghela nafas lega, rasanya
seperti jutaan coklat cadburry berebut masuk ke dalam tasnya.
Sepulang sekolah Nano melaksanakan misinya. Sejak keluar
kelas dia mengikuti jejak langkah Chua, berusaha memasukkan surat ke dalam tas
Chua secara sembunyi – sembunyi. Setelah berhasil ia segera menemui Jojo yang
sudah menunggu di parkiran. Beberapa menit setelah mereka berdua menunggu, yang
dinanti akhirnya datang juga. Terlihat dua gadis yang mirip dari ujung rambut
sampai ujung kaki berjalan di dekat parkiran .
“ Nah, itu Chua. Gila, dia mau dateng. Lu nulis apaan ? “
“ Yang mana Chua bray ? Asli, tu anak mirip banget. “
“ Iya, Kok gue nggak ngeh ya pas tadi masukin surat. “
Jojo dan Nano bersamaan mengernyitkan kening, menanti siapa
diantara mereka yang berbelok ke arah parkiran. Set! Menolehlah salah satu dari
dua perempuan kembar itu, dan dia adalah Chua. Muka Nano memerah seperti terung
mateng. Chua pun melambaikan tangan, tanpa sadar Nano membalas lambaian
tangannya. Disaat Nano terbuai melayang ke awang – awang, si pujaan hati malah
melangkah menjauh menuju gerbang sekolah. Raut wajah Nano langsung berubah
seratus delapan puluh derajat.
“ Loh ? Kok ? ”
Ternyata Chua melambaikan tangannya pada perempuan di
sebelahnya untuk pamit pulang, kini ia melangkah keluar gerbang, meninggalkan
Jojo dan Nano yang terperangah di tempatnya berdiri.
Perempuan kembaran Chua segera mengalihkan pandangannya ke
parkiran sembari mengenggam sebuah surat di tangannya. Jojo yang menyadari hal
itu segera menyeret Nano bersembunyi di balik mobil pak kepala sekolah.
“ Salah orang Jo. Lu nggak nulis macem – macem kan di surat
itu ? “
“ Gue cuma nulis, sumpah i love you, mari berbicara di
parkiran. “
“ Katro abis lu, untung bukan Chua yang baca. “
“ Untung sih untung, tapi gimana nasib kita nih, tuh cewek
gimana ? “
“ Nggak tau gue, kenapa sih selalu berakhir kayak gini. Nggak
pernah berhasil, apa salah gue di kehidupan sebelumnya ? “
“ Berasa drama nih, kasian banget sih lu. “
Jojo merasa iba juga melihat sahabatnya seperti itu. Dielusnya
kepala Nano yang bersandar pasrah di bahunya. Dengan lemas Jojo juga menyandarkan
kepalanya di mobil pak kepala sekolah. Tapi saat ia menyandarkan kepalanya di
mobil, tiba – tiba kepalanya bergetar hebat, kini seluruh tubuhnya juga
merasakan getaran itu.
“ Eh Jo, lu ngetawain gue ya ? Nggak usah ditahan kali,
sampai gemeteran gini. “
“ Lah nggak No, tapi badan gue emang gemeteran sih. “
Jojo dan Nano saling menatap heran.
Tiba – tiba terdengar suara “Brmmm!!”.
Bersamaan dengan bunyi itu Jojo dan Nano kejengkang ke
belakang.
“ Gubrak! “
“ Salah perhitungan kita, ternyata pak kepsek pulang cepet. “
“ Hahahaha..”
Jojo dan Nano tertawa terpingkal – pingkal sampai tidak
menyadari bahwa perempuan kembaran Chua telah berdiri di hadapan mereka meminta
penjelasan. Spontan Jojo dan Nano berdiri sambil membersihkan baju mereka.
“ Siapa diantara kalian yang nulis dan naruh surat ini di
tas gue. “
Tanpa pikir panjang Nano segera melayangkan jari telunjuknya
di depan muka Jojo. Tapi ternyata telunjuk Jojo sudah berada persis di depan
batang hidungnya. Mereka saling bepandangan. Bingung.
“ Kita berdua, maksud gu..gue, dia yang nulis dan gue yang
..”
“ Dasar gay kurang kerjaan! Plak! Plak! ”
Surat dibuang dan sang perempuan kabur sambil nangis –
nangis. Persis adegan film telenovela. Jojo dan Nano tidak bisa berbuat apa –
apa selain mengelus pipi masing – masing.
“ Huft! Rasanya kayak ditabok mama pas ngincer nyamuk, tapi
mama selalu gagal nangkepnya, kayak cinta gue, gagal lagi! “
bersambung ..
Serial Saik " Jojo Nano "
Kelas 3
First Story
“ Kenalin, nama gue Jodi. Orang – orang biasa manggil gue
Jojo. Kenapa gue dipanggil Jojo, jadi ceritanya gini..”
“ Cut! Woy Jo, ini film dokumenter buat perpisahan, kenapa
orang – orang harus dengerin sejarah nama lu ? Nggak penting badai tau nggak ?!
“ Alis mata Nano jungkir balik menahan kesal. Sedangkan pria muda kece di
depannya asyik menata rambut sambil cengar – cengir sendiri. Melihat tingkah
Jojo yang sok imut, Nano tak tahan juga. Mata Nano memerah, jemari tangannya
melebar dan bersiap menjambak rambut sohibnya itu, tapi retina matanya malah
menangkap sesosok wajah lain yang mengalihkan dunianya. Berhentilah Nano di
tempat, dan tanpa sadar ia menyibak rambut belah tengahnya seperti model sampo
di tivi. Ciat ciat!
“ Uhuk! Kok lu malah ngikutin gaya gue?Mending lu jelasin
salah gue dimana tadi, perasaan oke – oke aja. “
“ Oke banget, benget Jo. Sekarang kita mulai lagi. Terserah
lu mau ngomong apa aja, cepetan! “ (mendorong Jojo tanpa perasaan).
“ Kamera, roll, action! “
“ Hai, guys, gue Jojo. Yang lagi pegang kamera di depan,
sahabat gue, namanya Nano. Kita berdua nih, anak paling cupu di sini. Dari
senior, temen seangkatan, sampai junior seneng banget ngerjain kita. Gue nggak
tau pasti alasannya, mungkin karena muka kita ngegemesin. Tapi gue heran sama
Nano, kenapa dia itu tetep sok cool di depan cewek – cewek. Padahal cewek –
cewek juga tahu dia itu perlu dibelas kasihanin. Apalagi sama cewek XII IPA 1,
namanya Chua, mukanya sebelas dua belas sama Chua kotak, sok coolnya minta
ampun. Tapi masalahnya si Chua ini gebetan musuh kita, anak paling famous di
sini dan followernya bejibun, badannya atletis, muka eksotis, dandanan
metropolis, tapi kelakuannya nol abis. Bayangin, Dilan yang begitu aja ditolak
terus sama Chua, gimana Nano ? Dan kalau sampai Dilan tau perasaan Nano itu..,
alamak kayaknya gue keceplosan ( meringis melihat sesuatu yang mengerikan ).
Nano merogoh saku bajunya, mencari handuk kecil untuk
menyeka keringat di dahinya. Pikirannya benar – benar tidak fokus, sampai –
sampai ia tidak mendengar apa yang diucapkan Jojo barusan.
“ Mampus, gue harus seneng apa nggak nih ? Dia kepancing
strategi gue. Aduh, kenapa dia jalan ke sini ? Harus gimana gue ? “ ( hidung
kembang kempis ).
Keringat Nano semakin deras mengucur, kakinya tak dapat
dirasakan seperti orang kesemutan. Mata Nano sama sekali tidak melihat ke arah
kamera. Sekuat tenaga dia melirik ke samping, memperhatikan kaki ramping yang
semakin lama semakin mendekat. Beberapa detik kemudian kaki itu berhenti
melangkah.
Plak! Punggung Nano serasa ditimpa sesuatu yang panas,
sontak Nano segera berbalik menatap wajah perempuan yang menepuk punggungnya.
Jleb jleb! Seketika itu beberapa anak panah cupid menancap erat di dadanya.
“ Woy No! “
“ Mam..mapus gu..gue gagap. Apaan sih Chu ? “
“ Lu lagi ngapain sih ? “
“ Lu ke sini nanya gitu doang ? Gue sibuk tau, mau bikin
film dokumenter buat perpisahan angkatan kita. Itu Jojo jadi obyek gue. “
“ Serius lu ? “
Nano mengangguk pasti.
“ Duh, kenapa gue sok dingin sih ? Udah bagus dia nanya baik
– baik. “ Nano menggerutu dalam hati.
Tangan Chua tiba – tiba memegang pipi tembem Nano. Seketika
wajah Nano memerah seperti udang rebus, merah tingkat dewa.
“ Dag..dig..dug..duorr. “ Bahkan detak jantungnya terdengar
sampai ke ruang kepala sekolah.
“ Sumpah, apaan sih Chua ? Gue belum siap. “ Batin Nano
menjerit.
“ Tuh, lihat obyek lu. Dimainin sama Dilan cs. “ Kata Chua
sambil memutar kepala Nano ke arah Jojo.
“ What ? Jojo ?? “
“ No.., tolong gue ! “ ( hidung meler – meler )
bersambung.. :)
Rabu, 12 Desember 2012
Langganan:
Postingan (Atom)